MetrominiNews - Jika menyinggung dan menceritakan kondisi umat Islam belakangan ini, sungguh menjadikan hati kita tersayat. Betapa penderitaan berkepanjangan yang menderanya tak kunjung berakhir. Musibah demi musibah datang silih berganti, cobaan demi cobaan yang menyelimutinya tak kunjung lepas.
Namun yang perlu kita sadari bersama bahwa kaum selain kita juga merasakan kesulitan yang sama. Hanya saja obyek perasaan derita kita berbeda dengan yang mereka rasakan. Kesulitan kita adalah betapa beratnya mempertahankan konsisten (Iltizam), keteguhan (tsabat), kesabaran, istiqamah, dalam menjalankan syariat Islam di tengah-tengah gegap gempitanya manusia yang berkonspirasi memarjinalkan peran Allah dalam kehidupan ini.
Sedangkan kesulitan kaum kafir dan munafikin adalah mempertahankan status quo kebatilan di tengah maraknya kebangkitan umat Islam. Mereka bersusah payah menyebarkan propaganda kebencian terhadap dakwah Islam. Bahkan tak segan mereka menuduh ayat-ayat al-Qur`an dan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai hate speech (ujaran kebencian), ayat-ayat provokasi dan lain sebagainya.
Namun, di tengah itu fenomena kesadaran beragama para mahasiswa, kaum intelektual, kaum perkotaan semakin mengeliat. Mereka berusaha secara maksimal untuk membendung gejala kesadaran kembali kepada Islam. Nampaknya kebangkitan Islam itu tidak bisa di redam dan diredupkan. Usaha para pembenci dakwah Islam hanya sia-sia belaka.
“Karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang orng beriman).” (QS Al Fath ayat 29).
“Mereka berkehendak memadamkan cahaya agama Allah dengan mulut mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayanya walaupun orang-orang kafir tidak menyukai (QS At Taubah ayat 32-33).
“Telah nampak kebencian pada mulut mulut mereka, dan apa yang disimpan di dada mereka lebih besar.” (QS Ali Imran : 118).
Tidak kita saja yang menderita kesulitan, mereka juga merasakan keadaan serupa dalam menghadapi banyaknya kaum terpelajar, bangsa bangsa di negara maju ingin kembali kepada ajaran yang sesuai dengan fitrah mereka. Setelah mereka lari dari agama (non-Islam) karena di persepsikan menghambat kemajuan berfikir.
Terjadilah kebebasan yag tak terkendali, sains dan teknologi yang menjadi sarana kehidupan pada kehidupan globalisasi sebagai produk paham kebendaan, terbukti gagal dalam memandu manusia modern menemukan kebahagiaan hidup. Mereka kembali kepada aliran eksitensialisme (hati nurani) tetapi hati nurani seseorang di pengaruhi oleh lingkungan pendidikan, pergaulan, persepsi, kebiasaan yang berbeda-beda.
“Demikian hari hari itu kami pergilirkan diantara manusia (agar memperoleh pelajaran) dan supaya Allah membedakan orang orang yang beriman (dengan orang orng kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikanya (gugur sebagai) Syuhada, Allah tidak menyukai orang yang dzalim.” (QS Ali Imran ayat140).
Terkadang, kaum beriman itu sedang naik di atas pada masa keemasanya, dan menduduki posisi strategis. Adakalanya jatuh terpuruk, dan kaum kafir berjaya di dunia ini. Tentu kejayaan yang diraih selain kita adalah kejayaan semu.
Sementara kejayaan yang kita peroleh adalah kemenangan sejati. Kemenangan yang mencerahkan, menampakan cahaya kebenaran. Sebab kejayaan orang kafir itu tidak mendapatkan arahan, bimbingan dan petunjuk dari Allah. Sedangkan kejayaan umat Islam memperoleh restu dari Allah. Kejayaan kaum muslimin terjadi ketika kita menyaksikan kembalinya kekuasaan Allah di dunia ini. Secara de jure dan de facto (secara syar’i dan kauni)
Fiqih pergiliran dan perguliran zaman adalah sebuah kenyataan sejarah kehidupan manusia yang patut kita jadikan renungan secara mendalam. Timbul tengelamnya bangsa di muka bumi ini memiliki maksud sepesifik di mata Allah. Agar ia mengetahui siapa diantara kita yang benar benar beriman dan diambil sebagian komunitas itu sebagai syuhada.
“Barang siapa yang memperhatikan uma- umat sepanjang sejarah maka ia akan mendapatkan pelajaran bahwa obor peradaban berpindah dari bangsa satu ke bangsa lain, dari satu tangan ke tangan lain. Sesunguhnya perputaran saat ini adalah milik kita. Bukan melawan kita,” kata Hasan al Banna.
Barat memegang kendali kepemimpinan dunia, akan tetapi ia tidak amanah. Bahkan mengalami kebangkrutan norma, melampaui keadilan, mementingkan kekuatan dari kebenaran, materi atas rohani, benda atas manusia. Merupakan keajaran bila obor peradaban harus berpindah ke tangan lain.
Kesadaran kita terhadap prinsip mendasar (mabda asasi) ini harus melekat dalam totalitas kepribadian kita sebagai sosok Muslim, sosok yang memposisikan diri sebagai bagian dari elemen perubah. Supaya sedikit pun kita berpikir untuk memilih alternatif lain selain solusi dari Allah. Kalaupun orang lain tidak tahan, tidak sabar, kurang teguh menatapi tabiat perjalanan dakwah ini tidak mengurangi stamina fisik dan maknawiyah kita?
Kemenangan umat Islam pasti akan datang, cepat ataupun lambat. Karena tidak akan pernah terjadi kiamat sebelum berdiri khilafah di atas manhaj nubuwah.
Teruslah berjuang untuk menegakan kalimat Allah dan jangan pernah mundur meski hanya selangkah. Karena perjuangan kita akan menghasilkan sebuah keindahan di akhir hayat kita. Insya Allah. Wallahu ‘alam bish shawab. (/voai)
Namun yang perlu kita sadari bersama bahwa kaum selain kita juga merasakan kesulitan yang sama. Hanya saja obyek perasaan derita kita berbeda dengan yang mereka rasakan. Kesulitan kita adalah betapa beratnya mempertahankan konsisten (Iltizam), keteguhan (tsabat), kesabaran, istiqamah, dalam menjalankan syariat Islam di tengah-tengah gegap gempitanya manusia yang berkonspirasi memarjinalkan peran Allah dalam kehidupan ini.
Sedangkan kesulitan kaum kafir dan munafikin adalah mempertahankan status quo kebatilan di tengah maraknya kebangkitan umat Islam. Mereka bersusah payah menyebarkan propaganda kebencian terhadap dakwah Islam. Bahkan tak segan mereka menuduh ayat-ayat al-Qur`an dan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai hate speech (ujaran kebencian), ayat-ayat provokasi dan lain sebagainya.
Namun, di tengah itu fenomena kesadaran beragama para mahasiswa, kaum intelektual, kaum perkotaan semakin mengeliat. Mereka berusaha secara maksimal untuk membendung gejala kesadaran kembali kepada Islam. Nampaknya kebangkitan Islam itu tidak bisa di redam dan diredupkan. Usaha para pembenci dakwah Islam hanya sia-sia belaka.
“Karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang orng beriman).” (QS Al Fath ayat 29).
“Mereka berkehendak memadamkan cahaya agama Allah dengan mulut mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayanya walaupun orang-orang kafir tidak menyukai (QS At Taubah ayat 32-33).
“Telah nampak kebencian pada mulut mulut mereka, dan apa yang disimpan di dada mereka lebih besar.” (QS Ali Imran : 118).
Tidak kita saja yang menderita kesulitan, mereka juga merasakan keadaan serupa dalam menghadapi banyaknya kaum terpelajar, bangsa bangsa di negara maju ingin kembali kepada ajaran yang sesuai dengan fitrah mereka. Setelah mereka lari dari agama (non-Islam) karena di persepsikan menghambat kemajuan berfikir.
Kejayaan Dipergilirkan
Terjadilah kebebasan yag tak terkendali, sains dan teknologi yang menjadi sarana kehidupan pada kehidupan globalisasi sebagai produk paham kebendaan, terbukti gagal dalam memandu manusia modern menemukan kebahagiaan hidup. Mereka kembali kepada aliran eksitensialisme (hati nurani) tetapi hati nurani seseorang di pengaruhi oleh lingkungan pendidikan, pergaulan, persepsi, kebiasaan yang berbeda-beda.
Sementara kejayaan yang kita peroleh adalah kemenangan sejati. Kemenangan yang mencerahkan, menampakan cahaya kebenaran. Sebab kejayaan orang kafir itu tidak mendapatkan arahan, bimbingan dan petunjuk dari Allah. Sedangkan kejayaan umat Islam memperoleh restu dari Allah. Kejayaan kaum muslimin terjadi ketika kita menyaksikan kembalinya kekuasaan Allah di dunia ini. Secara de jure dan de facto (secara syar’i dan kauni)."Kita juga merasakan kesulitan dalam mendesain kehidupan ini hanya untuk mencari ridha Allah, saat dimana kebanyakan manusia ingin mencari keridhaan, restu kepada selain Allah. Oleh karena itu, pada bagian ayat berikutnya Allah memberikan hiburan kepada kaum muslimin.
“Demikian hari hari itu kami pergilirkan diantara manusia (agar memperoleh pelajaran) dan supaya Allah membedakan orang orang yang beriman (dengan orang orng kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikanya (gugur sebagai) Syuhada, Allah tidak menyukai orang yang dzalim.” (QS Ali Imran ayat140).
Terkadang, kaum beriman itu sedang naik di atas pada masa keemasanya, dan menduduki posisi strategis. Adakalanya jatuh terpuruk, dan kaum kafir berjaya di dunia ini. Tentu kejayaan yang diraih selain kita adalah kejayaan semu.
Sementara kejayaan yang kita peroleh adalah kemenangan sejati. Kemenangan yang mencerahkan, menampakan cahaya kebenaran. Sebab kejayaan orang kafir itu tidak mendapatkan arahan, bimbingan dan petunjuk dari Allah. Sedangkan kejayaan umat Islam memperoleh restu dari Allah. Kejayaan kaum muslimin terjadi ketika kita menyaksikan kembalinya kekuasaan Allah di dunia ini. Secara de jure dan de facto (secara syar’i dan kauni)
Fiqih pergiliran dan perguliran zaman adalah sebuah kenyataan sejarah kehidupan manusia yang patut kita jadikan renungan secara mendalam. Timbul tengelamnya bangsa di muka bumi ini memiliki maksud sepesifik di mata Allah. Agar ia mengetahui siapa diantara kita yang benar benar beriman dan diambil sebagian komunitas itu sebagai syuhada.
“Barang siapa yang memperhatikan uma- umat sepanjang sejarah maka ia akan mendapatkan pelajaran bahwa obor peradaban berpindah dari bangsa satu ke bangsa lain, dari satu tangan ke tangan lain. Sesunguhnya perputaran saat ini adalah milik kita. Bukan melawan kita,” kata Hasan al Banna.
Barat memegang kendali kepemimpinan dunia, akan tetapi ia tidak amanah. Bahkan mengalami kebangkrutan norma, melampaui keadilan, mementingkan kekuatan dari kebenaran, materi atas rohani, benda atas manusia. Merupakan keajaran bila obor peradaban harus berpindah ke tangan lain.
Kesadaran kita terhadap prinsip mendasar (mabda asasi) ini harus melekat dalam totalitas kepribadian kita sebagai sosok Muslim, sosok yang memposisikan diri sebagai bagian dari elemen perubah. Supaya sedikit pun kita berpikir untuk memilih alternatif lain selain solusi dari Allah. Kalaupun orang lain tidak tahan, tidak sabar, kurang teguh menatapi tabiat perjalanan dakwah ini tidak mengurangi stamina fisik dan maknawiyah kita?
Kemenangan umat Islam pasti akan datang, cepat ataupun lambat. Karena tidak akan pernah terjadi kiamat sebelum berdiri khilafah di atas manhaj nubuwah.
Teruslah berjuang untuk menegakan kalimat Allah dan jangan pernah mundur meski hanya selangkah. Karena perjuangan kita akan menghasilkan sebuah keindahan di akhir hayat kita. Insya Allah. Wallahu ‘alam bish shawab. (/voai)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar