Jumat, 28 September 2012

Testimoni "Dahsyatnya Sedekah"


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtJAmtjL_BxakCk62y_MBmTzf-Ep4od_2zdRNYs9Jsbjt4ATgop0csV6z_raU6Sy2aCgxUJnsPSU_7HSh5o_VF4zHHu0sv2v4HNGLTXwXhnXgfUBZI-RrbOmRF8oyN4xZUorFO3u-W_FI/s1600/sedekah.jpg
Salah satu kenangan indah dari acara @Yusuf_Mansur di TV, adalah lahirnya seorang milyarder baru dari tengah-tengah pemirsa. IS, begitu inisialnya. Adalah seorang pedagang nasi di salah satu sudut kota, di Jawa Timur. Bersama istrinya, Ia menyaksikan acara saya. Saat itu, awal Januari 2007. IS dan istrinya mengikuti dengan seksama pembahasan Matematika Sedekah. “Siapa yg memberi 1, dibalas Allah 10x lipat.” Kata saya saat itu menyeru pemirsa. Lewat layar kaca, “Siapa yg percaya, keluarkan sekarang juga. Selasa besok ketemu saya lagi, begitu saya menyeru, dah akan diganti 10x lipat.” Acaranya saat itu, selasa sore. Namanya: Cerita Sore. Di antara jutaan pemirsa, ada IS dan istrinya. Di tangan mereka, ada dana 1 juta. IS melongo mendengar seruan ini. 1 juta jadi 10 juta? Ya, dia ga salah dengar. Siapa yang sedekah 1  akan dibalas 10 kali. Dan ini janji Allah. Jadi kalo dia punya 1 juta, ya jadi 10 juta. Kalimat “Selasa depan ketemu saya (di layar kaca), bakal diganti Allah 10x lipat” itu menggoda dia.
Bukannya apa-apa. Dari awal Januari 2006 s/d akhir Desember 2006, IS dan istrinya ngumpulin duit. Buat bayar kontrakan. 1,4 juta. Sayangnya, setahun “hanya” terkumpul 1 juta, masih kurang 400 ribu. Di kontrakan inilah warung nasinya berdiri. Pemilik kontrakan menolak menerima uang 1 juta. “Saya kasih waktu 2 bulan lagi. Bayar full saja nanti.” Dan itu berarti ada waktu s/d akhir Februari.Nah, di awal Januari 2007, lewat TV, IS dan istrinya mendengar seruan untuk bersedekah tadi.
“Bu, denger kata Ust Yusuf ?” ujar IS.
“Denger.” Kata istrinya.
“Ayo Bu… Kita sedekahin duit kita yg 1 juta ini… Nanti kita akan punya uang 8,6 juta…”
Ada yg tau, kenapa jadi 8,6 juta? Ya, sebab sedekah 1 juta jika diganti 10x lipat, akan jadi 10jt. Lalu untuk kontrakan 1,4 juta, masih ada sisa 8,6 juta. Hanya dalam sepekan akan berbalas. Bandingkan dengan tabunganya selama setahun (1 juta). Emang kalo pake sedekah, jadi QuantumSaving. Alhamdulillaah, istrinya MENOLAK ajakan IS ini, he he… “Ga ah… Itu kalo dibayar Allah… Kalo engga?” Di benak istrinya, sedekah 1 juta tabungan dia ini beresiko. Setahun ngumpulin 1 juta, masa sepekan jadi 10 juta.

Kata istrinya, “Kalo tadi kurang 400 ribu, ini kurangnya jadi balik lagi. Kurang 1,4 juta…”
Namun IS mendorong istrinya untuk percaya. “Bu… Ini Janji Allah. Bukan janjinya Yusuf Mansur.”
Kisah ini sampai ke tangan saya, akhir Desember-an 2007. Dibawa oleh seorang wartawan Surabaya, yang mengisahkan kisah IS ini.Wartawan ini bercerita tentang IS, sambil membawa undangan IS buat saya. Agar saya mau meresmikan pabrik yg dibangun IS.
“IS seorang pedagang nasi, yang di awal Januari 2007 ribut kecil sama istrinya soal keyakinan sedekah, bangun pabrik?” gumam saya.

Betul. Si wartawan ini terus berkisah. Pabrik itu nilainya 11 milyar!!! Subhaanallaah…


Awal Jan 2007, istri IS merelakan suaminya yang bersikeras untuk menyedekahkan seluruh uang yg mereka punya (1 juta itu tadi). Dengan resiko, ga dibayar Allah. Tapi besar hati IS. Ga mungkin Allah ga akan menunaikan Janji-Nya. IS dan istrinya, tunaikan sedekah. Selasa sore acara Cerita Sore di TV. Selasa malam uang itu tertunai. Habis. Rabu pagi IS nunggu Allah datang. Manaaaa nih Allah… Mana 10 juta yg dijanjikan-Nya??

Sampe sini, banyak orang yg tidak sependapat dengan Yusuf Mansur. “Tuh kaaaaannn… Orang jadi ngarepin balesan… Ga ikhlas…” Kalau Saya mah beda. Jika sebelumnya IS dan kita-kita ini, ga pernah berharap Allah datang. Ini berharap Allah untuk datang. Top kan? :)


Orang jg blg, “Tar kecewa loh, kalo nanti sedekah ga brbalas.” Laaaahhh, jajal aja beloman, darimana tahunya bakal kecewa??

IS menunggu dengan setia sampe Allah mau datang. Namun hingga selasa berikutnya saya nongol lagi di TV, Allah “ga datang”. Waktu Saya nongol di TV, istrinya bilang, “Tuh, ustadz Kamu… 1 juta jadi 10 juta. Seminggu… Mana…?” IS bingung… Tambah bingung karena materi saya di TV pekan kedua Januari, udah berubah. Udah ga bicara yang kemarenan lagi.
IS membesarkan hatinya dan hati istrinya. “Allah tau kali… Kita butuhnya akhir Februari… Masih ada 7 minggu…”

Pekan ke-3, pekan ke-4, IS menunggu Janji Allah datang. Hingga pekan ke-5. Januari berubah jadi Februari.
“Pak,” kata istrinya IS, “Coba gih, cari nomornya itu TV…”
“Untuk apa…?” Tanya IS.
“Minta nomornya Yusuf Mansur… Suruh dia tanggung jawab. Katanya sepekan. Ini udah 5 minggu. Belum ada tanda-tandanya Allah bakal ganti…”

Alhamdulillah, IS dan istrinya ga dapet tuh nmr saya, :D


Maret atau April 2008, di bandara Juanda Surabaya, saya dan istri saya bertemu dengan IS dan istrinya. Kisah ini sekarang keluar dari mereka.

Minggu ke-7, atau 1 minggu lagi jelang deadline bayar kontrakan, istrinya mengajak IS ke bapaknya. Untuk pinjam uang.
IS cerita ke saya dan istri saya, “Saya ga mau memenuhi permintaan istri saya pinjem ke mertua…”
“Bukannya apa. Mertua saya itu supir. Gajinya 600rb. Kayak apa beliau kalau tahu saya sedekah 1 juta. Trus sekarang saya mau pinjem uang ke beliau…”
IS memutuskan ga mau pinjam. Istrinya terus membujuk IS agar mau pinjam ke bapak mertuanya. “Kalau ga pinjam uang, nanti kita diusir Pak… Di sini ada warung kita.” kata istri IS. Dengan gagah IS bilang, “Biar aja diusir… Biar Allah tau… Gara-gara sedekah 1 juta, kita diusir…”
IS bilang ke istrinya di pekan ke-7 tersebut, “Bu, daripada kita mikirin kontrakan terus, kita keluar yuuuukkk… Kita cari rumah di sekitar sini yang mau dijual. Kita beli. Tar kalo kita diusir dari kontrakan kita, kita pindah ke rumah yang kita beli itu”
Istrinya IS cerita ke saya, “Ya Allah Ustadz… Saya sedih… Kok suami saya jadi begini.. :( Gimana coba? Wong buat bayar kontrakan aja ga ada, kok ya mau beli rumah? Tp karena saya jg stress, ya saya manut…”
Istrinya tak menduga, kalo IS benar-benar nawar 1 rumah. Di depan sebuah rumah mewah, IS dan istrinya berdiri… “Assalamu’alaikum… Betul rumah ini dijual?” Pemilik rumah melihat mereka berdua. Wajah di pekan ke-7 itu, lusuh. Wajah kontrakan. Wajah yang sepekan lg diusir.
“Betul,” kata pemilik rumah. “Buat siapa?”
IS menjawab, “Buat kami…”. Disuruh masuklah mereka berdua. Istrinya ga mau. Percuma. Ga bakal kebeli. Namun IS tetap masuk. Mau ga mau istrinya ikut.
“Berapa duit ni rumah Pak…?”
“700 juta…”
Ketika ngedenger ini rumah 700 juta, JELEGGGEEEERRRR…!!! Istrinya IS kontan mau bangun… Mau pulang aja. Tapi IS malah nawar… “Kalo 500 juta gimana…?” Istri IS terperanjat… 500 juta…? Uang darimana…???
“Kalo segitu ga bisa. Udah ada yg nawar lebih…”.
“Kalo 600 juta…?” tawar IS lagi.
“Kalo 600 juta, boleh. Kapan Bapak mau kasih tanda jadi?”
“Ga pake tanda2 jadian. Nanti saya ke sini aja, 2 bulan lagi…” kata IS meyakinkan.
“Ya ga bisa Pak kalo ga ada Tanda Jadi.”
IS meyakinkan pemilik rumah bahwa dia bakal balik lagi. “InsyaAllah…!!!”, katanya mantab.
“Kalo gitu, saya minta nomor hp bapak dah…”
“Saya ga ada HP…”, jawab IS. Pemilik ini heran. Tanda jadi ga ada, HP juga ga ada. Ya sudah…
Kalau pemilik rumah heran. Istrinya IS lebih heran lagi!!! Guendeng nih suamiku… Pake nawar 600 juta, janji 2 bulan lagi…!!!
Di depan rumah ini, istrinya IS nyubit suaminya, “1,4 juta aja ga punya… Pake nawar rumah orang 600 juta. Ngejanjiin 2 bulan lagi.”
IS bilang, “Bu, kita kan dijanjiin sama Allah, akan dibayarin 10x lipat dalam waktu seminggu. Ini udah 7 minggu Bu…”
“Kalo nanti dibayar sama Allah akhir Februari ini, tapi masih 10x lipat, jangan mau. Bapak mau bilang sama Allah, bayar Bapak 700x lipat saja. Nanti nih Bu, kalau dibayar sama Allah 700x lipat, kita bayar dah rumah ini 600 juta. Sisanya buat ngegedein warung kita…”
“Bapak malam ini mau bangun malam. Mau bilang sama Allah, urusan kontrakan urusan Bapak saja. Urusan Allah yang 700x lipat. Dan Bapak mau ngasih waktu lagi sama Allah. Bayar Bapak 2 bulan lagi!”. Istrinya IS bertambah bengongnya…
Alhamdulillaah, Allah emang ga pernah menyia-nyiakan amal hamba-Nya. Pekan ke-8, IS dan istrinya, DIUSIR… Ya, diusir dari kontrakan. Sampe akhir Februari, sesuai deadline, IS ga punya duit 1,4 juta untuk bayar kontrakan. Alhamdulillaah, akhirnya IS dan istrinya dengan sukses diusir.
Kalo ceritanya berhenti sampe sini, menanglah mereka yang menganggap bahwa ga boleh berharap sama Allah, sebab pasti kecewa. Sebagiannya lagi akan mengutuk saya, sudah membuat satu keluarga jadi berantakan usahanya. Tadinya punya warung, sekarang malah terusir.

Tapi cerita terus bergulir…
IS dan istrinya pindah ke pasar pengungsi. Di Jawa Timur kala itu sedang ada 1 musibah nasional. Ada begitu banyak pengungsi. IS buka warung di sana. Ga ada yang menyangka, kisah saksesnya berawal dari sini. Beberapa wkt kemudian, ada yang nawarin untuk menangani katering bagi pengungsi. Dibawalah IS ke pimpronya. Dan diputuskan IS yang ngelola katering untuk pengungsi
“Sanggup Bapak ngelola?” Dijawab IS, “Sanggup. Asal dananya di depan.” “Ya. Di depan.”
IS nanya, “Berapa pengungsi yang mesti saya siapkan makanannya?”
“16 ribu pengungsi…”.
IS cerita di hadapan kami-kami, saat beliau jadi tamu kehormatan di launching pondok dan MDN (Majelis Dhuha Nasional) 14 Juni 2008, “Saya mau pingsan…” ujarnya.
“Ngedengerin 16 ribu pengungsi yang kudu disiapin makan, saya mau pingsan rasanya…. Belom pernah saya bikin sebanyak itu.. Apalagi pimpro ini mengatakan, “3x makan. Pagi, siang, malam. 48 ribu bungkus untuk sehari”
Jreng jreng jreng… Sedekah IS dan istrinya was working..
2 bulan nanganin katering tersebut, cash on hand, 1 Milyar rupiah. Subhaanallaah… Dia bisa bayar itu rumah 600 juta. Persis 2 bulan kurang lebihnya dari apa yang ia janjikan kepada si pemilik rumah. Allah Bercanda sama 2 hamba-Nya ini. :)
100 jutanya dipake buat ngegedein warungnya. Persis seperti apa yg ia katakan sama istrinya 2 bulan yang lalu. Yang membedakan IS dengan kita adalah, IS pas dpt 1000x lipat bilang “Saya minta kan 700x lipat. Jadi, yang 300x lipat bukan milik kami.” Sedekah awal Januari, berbuah April. April, IS dan istrinya sedekah kurang lebih 300 juta. Merdeka tuh. Karena banyak, jadi macem-macem sedekahnya.
Sedekah 300 juta di April, berbuah kontrak senilai 38 Milyar untuk kontrak katering sepanjang 2008. Karena itulah dia membangun pabrik senilai 11 Milyar untuk menangani proyek itu. Subhaanallaah……

Kurang Sedekah, Musibah Beruntun

Divonis jantung, Dessi Zailina (37) cuek saja. Ia tidak terlalu serius oleh diagnosa dokter. Ia pun tetap melakukan aktivitas.Padahal saat divonis, ia sedang hamil enam bulan. Ia tetap keluar rumah, beraktivitas. Akibatnya fatal, Dessi mengalami sesak nafas. Terpaksa ia menemui dokter lagi. Dokter pun merekomendasi supaya ke Spesialis Jantung. “ Jantung ibu bocor! ” ujar dokter. Ia pun dirujuk ke RS Jantung Harapan Kita, Jakarta.
Dessi bukannya nurut, malah minta pulang kampung ke Palembang, untuk ziarah ke orang tua suaminya, Mazrul Jamal (39). Bukannya naik pesawat, Dessi sama suami melalui jalan darat. Usai ziarah kubur, Dessi pun kembali sesak nafas. Pulang ke Jakarta, pembantu masih mudik. Makin capeklah Dessi. Tetapi dasar bandel, Dessi masih mau mengantar anaknya piknik ke Bandung. Sebagai akibatnya, balik ke Jakarta, sampai di rumah Dessi langsung lumpuh. Kaki kirinya tidak bisa digerakkan. Ke kamar mandi pun Dessi harus merangkak. Suami yang sedang di luar ditelepon,” Mah, mungkin itu karena asam urat tinggi,” simpul suami. Yang benar, kata dokter, efek dari jantung bocor!
Merasa sudah gawat, Dessi minta dirawat inap di klinik. Saat itu, bulan Nopember. Menurut dokter kandungan, Dessi akan melahirkan Desember. Pada hari ke-empat di klinik, Dessi anfal, sesak nafas hebat. “Saya sudah bilang ke suami, saya sudah nggak kuat, saya nggak kuat,” tuturnya.
Esok paginya, Dessi batuk darah. Tanggal 27 Nopember 2007, Dessi baru nurut masuk Harapan Kita. Di UGD dokter kebingungan. Sudah keadaan hamil tua, jantung bocor lagi! Tim dokter memutuskan, janin harus dikeluarkan. Resikonya sangat mengerikan: kematian salah satu dari keduanya, atau kedua-duanya!
Alhamdulillah, resiko itu tidak sampai terjadi. Anak ke-empat saya lahir dengan bobot 2,2kilo,” tutur Dessi yang tinggal di Komplek Delta Mas, Cikarang.
Derita belum usai. Dua minggu setelah melahirkan, Dessi harus operasi jantung. Untungnya operasi lancar. Tetapi masa penyembuhannya, enam bulan. Biayanya? Hanya rumah yang tersisa. Mobil, tabungan, dan sebagainya amblas! “Pokoknya habis-habisan deh,” papar Dessi.
Masih belum cukup, selama Dessi dirawat, suami harus menunggu. Hasilnya, pegawai swasta itu pun dipecat. Perusahaan tidak mau tahu. Satu bulan absen, tidak ada toleransi: out! Apalagi ini bakal absen berbulan-bulan.
Apakah yang menyebabkan Dessi selamat menjalani proses yang menakutkan itu? Persalinan lancar, operasi jantung lancar? Dessi masih ingat anak yang sulung Aldi Perdana Ramadhan, saat itu masih kelas empat SD, mengingatkan bahwa apa yang terjadi pada ibunya karena satu hal yaitu: kurang sedekah. “Anak saya bilang, waktu itu saya masih terbaring lemah di RS, Mah mungkin Mamah kurang sedekah kali, Mah.” Saya agak tersentak, tapi saya menjawab, iya mungkin Mamah kurang sedekah.” Dessi akui saat itu tak terlalu serius menanggapi anaknya.
Tapi lama kelamaan, Dessi berpikir mungkin benar peringatan anaknya. “Mungkin memang kuncinya pada sedekah. Musibah beruntun ini karena saya dan suami kurang sedekah.” Ia pun menyampaikan hal itu ke suami. Alhamdulilah, suami tanggap. Ia pun segera memesan nasi kotak 130 buah. Nasi kotak itu dikirim kepanti asuhan milik temannya. Tak lupa, Dessi menulis surat untuk anak-anak yatim. “Saya minta didoakan supaya operasi jantung saya lancar.” Dan memang, operasi jantung Dessi lancar. Padahal ia baru melahirkan ‘paksa’ anaknya, yang harusnya lahir sebulan lagi itu.
Setelah semua tuntas, tuntas pula harta untuk biaya operasi. Suami pun kehilangan pekerjaan. Dengan sisa tabungan, Jamal suami Dessi membuka bengkel.
Ada yang mengherankan. Berkali-kali Aldi anaknya mengingatkan supaya jangan lupa sedekah. Dessi dan Jamal pun tiap bulan antar beras 50-100 kilogram ke panti asuhan milik temannya. Hasilnya, “Usaha suami saya lancar.” mobil dan tabungan yang habis, kini diganti Allah SWT dengan yang baru: “Kami memperoleh mobil itu Agustus 2008, walau nyicil membayarnya,” tutur Dessi.
Akhirul kisah, Dessi bersama suami Umroh, via Biro Haji & Umroh Wisata Hati.
Kaget juga Ustadz Yusuf Mansur mendengar kisah Dessi saat mereka bertemu di Madinah, 9 Juni 2009. “Subhanallah, Mah..ternyata ada yang lebih parah dari kita. Tetapi mereka, dengan barakah sedekah, selamat dari kebangkrutan,” tutur Dessi mengingat kata-kata Ustadz Yusuf. Yang lebih surprise lagi bagi Ustadz Yusuf, peringatan Allah melalui mulut anak Dessi sendiri yang baru kelas empat SD.
Sejak saat itu, Dessi dan suaminya, rajin bersedekah. Anaknya, Aldi, juga tak pernah lupa mengingatkan jika mama atau papanya lupa bersedekah. Di sekolah, Aldi memang diajarkan rutin bersedekah oleh gurunya. Misalnya, tiap Jumat ada Infak ke Surga, dalam bentuk sedekah beras atau uang. Bahkan ada kupon sedekah yang nilai per kupon Rp.5000. Kebiasaan sedekah ini, melekat erat di benak Aldi. Ibu Dessi dan suami, patut bersyukur pada Allah mempunyai anak sholih macam Aldi, dan tak lupa berterima kasih kepada sekolah tempat Aldi belajar, yang mendidik Aldi minded dengan amal sedekah itu. [ApikoJM]


Sedekah 10 Ribu Dibalas 10 Juta (Kisah Nyata)

Kisah ini dialami oleh teman baik saya saat bulan Ramadhan kemarin. Sebuah kisah yang membuka mata hati saya, karena saya tahu prosesnya dari awal hingga balasan sedekah itu diterima. Kini kisah ini saya bagikan pada anda, semoga bermanfaat dan menambah semangat kita untuk selalu bersedekah walau dalam kesempitan atau dirundung masalah…..
Teman saya saat bulan Ramadhan kemarin baru satu bulan pindah dari pekerjaan lamanya. Dia memilih menjadi marketing properti di salah satu perusahaan pengembang perumahan. Hampir 2 bulan bekerja, teman saya belum bisa menjual satu pun rumah di perusahaan tersebut. Padahal tiap bulan dia mendapat gaji yang lumayan, hal inilah yang membuat dia tidak enak.
Ditengah keputusasaan tersebut, dia ingat akan kekuatan sedekah. Akhirnya dia berniat menyedekahkan hartanya untuk mengatasi permasalahan hidupnya. Dia menyedekahkan uang Rp. 10.000,- untuk panti asuhan dengan harapan Allah mau melancarkan pekerjaannya.
Sungguh diluar dugaan, dalam kurun waktu 1 jam saja, Allah memberi kelancaran bagi pekerjaannya. Dia bisa menjual 4 rumah sekaligus hari itu. Dengan nilai komisi…. 10 juta..!! Silahkan dihitung berapa kali lipat Allah membalas sedekah dia. :)
Mengapa balasannya sangat besar? Karena uang 10 ribu waktu itu, sangat berarti bagi teman saya. Anda tahu berapa uang yang dia miliki saat menyedekahkan 10 ribu tersebut? Uang yang dimiliki di dompetnya tidak lebih dari 20 ribu. Dia hanya menyisakan uang bensin untuk pulang ke rumah.
Ini sangat berhubungan dengan artikel sedekah ekstrem yang pernah saya tulis. Saat kita punya keyakinan tinggi akan kekuatan sedekah, Allah akan benar-benar membuktikannya pada anda. Saat anda yakin Allah akan menolong lewat sedekah anda, Allah akan bener-benar menolong “SAAT ITU JUGA” seperti yang dialami teman saya.
Semoga kisah ini bermanfaat, sukses untuk anda…..

keajaiban sedekah uang Rp5000

Saya lupa tepatnya tanggal berapa di mana dan jam berapa, tapi yang pasti itu jam setelah maghrib dan di daerah rawamangun, Jakarta ;)
Waktu itu saya sedang mencari ATM (Anjungan Teller Mandiri) Bank Mandiri, bersama pacar saya dia yang menyetir mobil. Kebetulan ATM itu berada di tempat yang mengharuskan memotong jalur lawan arah, kira-kira begini deh…

Sebenarnya tidak sulit untuk memotong jalur seperti itu walau dalam keadaan jalan yang agak macet, tapi pacar saya tidak lebih hati-hati untuk melihat situasi, jadilah dia menyerempet mobil orang. Pintu kanan mobil pacar saya pun bengkok cukup parah dan sangat terlihat pada pintu belakangnya, sedangkan mobil yang diserempet cuma lecet.

Berdebat-berdebat antar kedua pemilik mobil jauh di luar sana, entah mereka nego apaan saya nggak ngerti karena saya nungguin di dalam mobil :arrow: abisnya bingung. Akhirnya pacar saya masuk ke mobil dan meminjam uang saya untuk ganti rugi pada orang yang diserempet :| nasib..

Akhirnya saya mengambil uang di ATM dan memberikannya (meminjamkan :lol: ) pada pacar saya. Setelah pacar saya pergi untuk memberikan uang tersebut pada orang-yang mobilnya diserempet- itu, ada seorang ibu-ibu menghampiri saya. Ibu itu meminta saya untuk memberikan sumbangan untuk panti asuhan yang dikelola suatu yayasan. Saya pertamanya bingung, ini kena lagi kena susah kenapa ada orang minta sumbangan:?: Dan tiba-tiba saya pun teringat cerita guru les saya dulu, kalau dia pernah mendapat berkah dengan bersedekah disaat susah. Akhirnya saya menyumbang Rp5.000 atas nama pacar saya.

Sekitar 5 menit setelah ibu itu pergi, pacar saya pun kembali dengan wajah stress. Permasalahan antar pemilik mobil memang sudah selesai, tapi permasalahan pacar saya belum selesai karena mobil itu bukan benar-benar milik dia tapi punya mamanya. Makanya dia pun stress membayangkan mamanya yang memarahi dia nantinya. Saya pun berusaha menenangkan walau dia masih aja stress. :lol:

Esoknya saya menanyakan pada pacar saya apakah dia sudah dimarahi atau belum. Pacar saya malah tertawa dengan aneh karena ternyata orang rumahnya termasuk mamanya nggak ada yang sadar kalau pintu belakang ada yang bengkok! Saya bingung dan bertambah bingung karena pacar saya bilang mobilnya saat itu sedang dibawa mamanya pergi ke puncak bersama papanya. Alhasil pacar saya tidak jadi stress dan malah bingung kenapa tidak ada yang sadar. Sekitar 2 hari kemudian, mamanya sudah pulang dan saya kembali menanyakan bagaimana akhirnya pada pacar saya lewat telepon. Pacar saya kembali tertawa karena ternyata mamanya belum sadar juga. Saya pun ikutan bingung.

3 hari kemudian barulah bengkok mobil itu ketahuan. Saya mengetahuinya ketika saya menanyakan pada pacar saya lagi. Dan dia pun tidak dimarahi seperti bayangan dia sebelumnya. Mamanya hanya mengomel sebentar dan berlalu layaknya tidak ada kejadian apa-apa.

Saya takjub, :shock: , dan bertanya-tanya kenapa bisa seperti itu. Padahal bengkok mobil itu bisa terlihat walau dari jauh sekalipun. Tapi kenapa bisa nggak ketahuan selama 5 hari?

5 hari? Akhirnya saya mengingat-ingat kembali kalau saya menyumbangkan uang Rp5.000 pada ibu-ibu yayasan panti asuhan pada hari kejadian 5 hari sebelumnya. Saya berpikir, apakah itu kekuatan dari jumlah yang saya sumbangkan atas nama pacar saya? Atau hanya kebetulan belaka? Entahlah, memang cepat atau lambat pintu yang bengkok itu akan ketahuan juga, tapi saya rasa ketidaksadaran itu bukan kebetulan ;) . Mungkin itu memang kekuatan dari sedekah itu sehingga menutup mata orang rumah pacar saya untuk menyadari akan bengkoknya pintu. Saya jadi berpikir kalau saya waktu itu nyumbang Rp50.000, mungkin tidak akan ketahuan 10 hari kali ya…. :lol:


Yah, dari sini saya mendapat hikmah dari sini, bahwa di saat susah sekalipun jangan pernah tinggalkan sedekah. Karena sedekah akan membawa keberuntungan dan berkah. ;)

Inspirasi Sedekah : Sedekah Uang Terakhir


Cerita ini dialami oleh guru agama saya. Saya ingat betul dia menceritakan kisah ini saat dia mengajar mata pelajaran agama Islam di kelas saya (SMA) sekitar tahun 1992. Cerita ini tidak pernah saya lupakan karena inilah cerita pertama yang saya dengar tentang balasan nyata sebuah sedekah. Guru agama saya sewaktu masih kuliah, hidupnya sangat pas-pasan. Untuk makan harus dicukup-cukupkan agar dia bisa membayar biaya kuliah dan tempat kos. Maklum, orang tuanya di kampung adalah keluarga yang sederhana. Karena tekad yang kuatlah guru agama saya berani meneruskan kuliah agar dia bisa menjadi seorang sarjana agama Islam waktu itu. Modal utama dia hanyalah keyakinan bahwa Allah pasti akan menolong umatnya yang memang berniat ingin berjuang di jalan Islam. 

Memang benar, keyakinan itu terjawab. Banyak sekali rejeki dari mengajar ngaji panggilan yang dia dapatkan selama kuliah. Bayaran yang dia terima besar karena rata-rata yang memakai jasa dia adalah orang-orang kaya.Suatu ketika, guru saya kehabisan uang. Di saku celananya hanya tersisa uang untuk sekali makan dan naik kendaraan ke salah satu muridnya. Hari itu adalah jadwal mengajar di salah satu anak pejabat dan biasanya tanggal itu waktunya orang tuanya ngasih amplop untuk jasa mengajar dia. Setibanya di rumah muridnya, dia hanya ditemui pembantu sang pejabat yang mengatakan semua keluarga ke luar kota karena ada sesuatu yang sangat penting.

Dengan lemas, guru saya pulang dengan jalan kaki. Karena jika dia naik kendaraan, berarti dia tidak makan nanti sorenya, karena uang yang ada di saku cuma cukup untuk sekali makan. Saat berjalan pulang, dia bertemu dengan nenek tua yang kelaparan. Dia kasihan. Dengan mengucap bismillah dia memberikan uang terakhirnya untuk nenek tersebut. Dia berkeyakinan, Allah pasti akan menolong dia saat dia lapar nanti, karena saat ini yang paling membutuhkan adalah nenek tua tersebut.

Rupanya harapan guru saya langsung dikabulkan Allah. Baru beberapa langkah, dia menemukan uang di pinggir jalan yang cukup untuk dia makan selama satu bulan. Beberapa hari kemudian, pak pejabat menitip kabar pada kawannya untuk segera ke rumah mengambil honor mengajar ngaji. Pak pejabat memberikan 3 kali lipat honor ngaji guru saya karena dia baru mendapatkan rejeki. Bukan hanya itu, pak pejabat itu juga memberi referensi untuk mengajar ngaji di tempat temannya yang lain.

Dengan berlinang air mata, guru saya berucap itulah balasan sedekah yang diberikan oleh Allah pada umatnya yang benar-benar ikhlas. Dia mengingatkan pada kami sekelas untuk senantiasa bersedekah, karena bisa membersihkan harta dan selalu dekat denganNya. Hikmah dari kejadian ini adalah, dengan keiklasan dan keyakinan akan pertolonganNya, serta doa yang tiada henti, pasti rejeki akan mengalir seperti air dalam kehidupan kita. Terakhir saya dengar sekitar tahun 1996, guru agama saya tersebut sedang mencari tanah untuk mendirikan pondok pesantren.Semoga guru saya tetap sehat walafiat dan selalu diberi rahmat dan hidayahNya. Saya tidak tahu di mana sekarang dia mengajar, sebab saat saya kekas 3 SMA dia pindah mengajar ke kota lain.

1 komentar: